MENJADI GEREJA YANG TUMBUH, BERAKAR, BERKEMBANG DAN BERBUAH DIDALAM KRISTUS

Saturday, 14 December 2013





Gereja Kristen Jawa Ungaran atau yang sering disebut dengan GKJ Ungaran adalah suatu kehidupan bersama religius yang imannya berpusat pada Tuhan Yesus Kristus yang dalam hal ini berkedududukan di ibu kota kabupaten Semarang, tepatnya di jalan Letjen. Suprapto No. 14, Ungaran

Dari segi kebersamaan gereja-gereja, GKJ Ungaran adalah bagian dari Klasis Semarang Selatan yang terdiri atas gereja-gereja: GKJ Ungaran, GKJ Immanuel Ungaran, GKJ Banyumanik, GKJ Ngesrep, GKJ Wisma Anugerah Candi, GKJ Kertanegara, GKJ Wisma Kasih Mangunharjo dan GKJ Ngempon dalam lingkup Sinode GKJ.


1. Sejarah

    Secara resmi Sidang Majelis GKJ Ungaran menetapkan berdirinya GKJ Ungaran pada tanggal 24 Desember 1923. Penetapan ini didasarkan pada tersedianya dokumen gereja yang masih dapat dimiliki secara faktual, yaitu pada catatan yang masih dimiliki tentang peristiwa pembaptisan yang terjadi pada tanggal tersebut atas diri Bapak Mirmo.

   Namun disadari pula bahwa hadirnya jemaat Krsiten di kota Ungaran sebenarnya telah jauh ada sebelum tanggal yang ditetapkan tersebut dan namanya masih merupakan Jemaat Kristen Ungaran adalah Zending Salatiga kepunyaan Jerman.

   Setelah memiliki sebidang tanah yang cukup luas di daerah Ungaran (tanah yang sekarang dikenal dengan nama Bukit Doa Getsemani) sejumlah pendeta pun diutus oleh Zending untuk melayani ke sana yaitu: Ds. Siemer Bettel, Ds. Schliepoter, Ds. Vischer, Ds. Kabelits, Ds. Van Der Veen dan Ds. Vasten Raad. Disamping itu terdapat pula beberapa warga pribumi yang diangkat menjadi Guru Injil yaitu Mariban dan Yusuf Khepas.

  Titik penting yang mengakhiri pengabaran injil Zending Salatiga di kota Ungaran (dan wilayah lain) adalah peristiwa pecahnya peristiwa perang dunia ke-2. Waktu itu Belanda sebagai anggota sekutu yang menguasai Indonesia menangkap banyak misionaris asal Jerman sebagai upaya pencegahan kegiatan spionase. Akibatnya Zending Salatiga kehilangan banyak pendeta misinya dan hanya tersisa Guru Injil pribumi. Sebagai akibat lebih lanjut, Jemaat Kristen Ungaran mengalami masa-masa hidup bergereja yang dijalani dengan berat.

  Peristiwa penting lain yang perlu dicatat adalah bersatunya jemaat asuhan Zending Salatiga dan Zending Belanda pada tanggal 5-6 Juli 1949 menjadi satu Sinode yang bernama Geredja-Geredja Kristen Djawa Tengah (GKDT). Mulai dari masa itu Jemaat GKJ Ungaran mendapat bantuan beberapa pendeta konsulen yaitu Ds. Kartosugondo, Ds. Probowinoto dan Ds. Hardjobramara.

  Setelah kehilangan guru injil Yusuf Khefas pada tahun 1948 karena meninggal dunia, tahun 1949 Jemaat GKJ Ungaran mendapat bantuan Guru Injil baru atas diri Cornelius Setyoprayitno dari Semarang. Namun pada tahun berikutnya 1950 Guru Injil tersebut meletakkan jabatandan menjadi guru SD Negeri Pati. Peristiwa ini mendorong jemaat untuk menetapkan beberapa warga tertentu (yaitu S. Hadisudaryanto, Soekarno, Mirma Adisucipto dan Wakidjan Poncoasmara) untuk menjadi Majelis agar pemeliharaan iman Jemaat dapat berjalan dengan baik.

  Tanggal 18 Mei 1951 Jotham Suharso dipanggil menjadi guru Injil melalui Sidang Klasis Semarang dan setelah melayani tujuh tahun sebagai guru Injil, tepatnya tanggal 18 Juli 1959 Jotham Suharso ditahbiskan menjadi pendeta pertama GKJ Ungaran. 23 tahun kemudian tepatnya tanggal 18 Desember 1981 Ds. Jotham Suharso meninggal dunia karena sakit. Jumlah warga saat itu telah mencapai kurang lebih 250 KK atau sekitar 750 jiwa yang meliputi induk dan pepantan. Sejak itu konsulensi diberikan oleh beberapa pendeta, diantaranya Ds. Sri Handoyo hingga akhirnya ditahbiskanlah pendeta kedua atas diri Elias Suratno Hadisasmito, B.Th pada tanggal 8 Mei 1986 seiring peresmian gedung gereja baru yang terletak di jalan Letjen. Suprapto sekarang ini.

  Seiring waktu, 12 tahun pelayanan dilewati tanpa terasa dan Pdt. Elias Suratno Hadisasmito, B.Th diutus GKJ Ungaran menjadi Pendeta Pelayan Khusus (PPK) untuk melayani di GKJ Klasis Semarang Timur hingga memasuki masa emiritus pada 7 Januari 2000. Sejak pengutusan itu konsulensi diberikan oleh beberapa Pendeta kepada GKJ Ungaran, yaitu Pdt. Sri Handoko, S,Th, Pdt. Bambang Pujo Riyadi, S.Th dan Pdt. Drs. Napsun Setyono. Dan pada tanggal 30 Nopember 2001 pendeta ketiga ditahbiskan atas diri Andrias Oktavianto, S.Si. Jumlah warga pada tahun itu telah mencapai 1641 atau sekitar 540 KK.

2. Tempat Ibadah

   Sejak awal hadirnya Zending, sarana peribadatan yang berupa gedung gereja berada di tanah yang cukup luas yang dibeli Zending di daerah Kalidodol, Bandarjo sekitar tahun 1912. Disanalah terdapat gedung gereja yang pertama. Hingga sekarang gedung gereja itu masih dapar disaksikan dan masih dapat digunakan dengan baik. Sebab dipelihara dan dilestarikan oleh pihak Yayasan Bukti Doa Getsemani.

  Selanjutnya tahun 1965 TNI menguasai daerah Kalidodol, Bandarjo dan menjadikan pastori dan rumah sakit sbagai asrama tentara dan siapapun yang memasuki wilayah itu harus diperiksa dengan ketat. Karena warga mengalami kesulitan setiap kali akan beribadah, maka tempat ibadahpun dialihkan ke rumah bapak Anton Watimena yang waktu itu digunakan oleh Ds. Suharso untuk pembinaan warga keturunan Cina. Hingga pada akhirnya tempat itupun tidak dapat menampung lagi, makatempat ibadah dialihkan lagi ke rumah Ibu Siwi pemilik Bina Kasih.

  Didorong keinginan memiliki tempat ibadah sendiri warga keturunan Cina membeli sebidang tanah di jalan Diponegoro No. 723a diatas tanah milik bapak Widodo dibangun sebuah gedung gereja untuk tempat beribadah. Tempat ibadah itu sendiri akhirnya dipakai bersama antara warga Cina (Warga GKI) dan GKJ Ungaran. Karena GKI dan GKJ pada waktu itu terdapat kesempatan, maka gedung gereja dan pemeliharaan iman atas warganya diserahkan kead GKJ Ungaran.

  Seiring berjalannya waktu, jumlah warga semakin bertambah dan gedung itu pun sudah tidak dapat menampung jumlah warga yang beribadah dan karena faktor kebisingan lalu lintas, maka diputuskan untuk menjual tanah dan gedung tersebut dan membangun gedung baru di jalan Letjen. Suprapto. Gedung gereja yang baru akhirnya selesai dibangun dan dipakai pertama kali pada tanggal 8 Mei 1986 serta masih digunakan hingga sekarang ini.

Disamping itu masih terdapat tempat kebaktian disejumlah Pepantan, yaitu Pepantan Setro, Pepantan Dampu, Pepantan Glepung, dan Babadan, sedangkan Pepantan yang sudah didewasakan yaitu ada tiga. Pertama GKJ Ungaran mendewasakan Pepantan Ngesrep yang sekarang menjadi GKJ Ngesrep, yang kedua Pepantan Siwakul dan Mapagan yang sekarang menjadi GKJ Immanuel Ungaran dan yang ketiga Pepantan Ngempon yang sekarang menjadi GKJ Ngempon.

3. Jumlah Warga dan Wilayah Pelayanan GKJ Ungaran
     Jumlah warga saat ini berdasarkan inventarisasi kelompok dan pepantan, telah mencapai 1,021 jiwa dengan komposisi 516 orang laki-laki dan 505 orang warga perempuan. Tersebar di beberapa wilayah dengan persentase Induk 59.45%, Setro 12.34%, Dampu 15.28%, Glepung 2.74% dan Babadan 10.19%.





Sedangkan wilayah pelayanan dan atau batas-batas pelayanan meliputi: sebelah Utara berbatasan dengan Pudak Payung, sebelah Barat sampai Lerep, sebelah Timur sampai di Setro dan sebelah Selatan sampai di Lemah Ireng.